NOVA.id - Petik pelajaran dari kecelakaan yang terjadi di Tol Jagorawi arah Jakarta pada Minggu, (15/09), insiden ini berlangsung karena pecah ban.
Kecelakaan nahas yang melibatkan Suzuki APV bernomor polisi F 1196 DH inipun menelan tiga orang korban jiwa dan mobil ringsek.
Menurut saksi mata dilansir dari Kompas.com, pengemudi hilang kendali menyebabkan pengemudi terguling keluar dari mobil serta para penumpang yang terlempar keluar kabin.
Menanggapi insiden tersebut, Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI) Sony Susmana, menjelaskan bila peristiwa ban pecah ketika mobil dikendaraai sampai berdampak pada insiden bukan hal baru.
"Banyak faktor soal ban pecah sampai membuat celaka, paling sering ini karena kurangnya perawatan. Maksud dari kurang perawatan itu penjabaranya luas, tapi paling sering karena masalah klasik soal tekanan udara yang tidak dijaga," ucap Sony saat dihubungi Kompas.com, Minggu (15/9/2019).
Sony menjelaskan ketika tekanan udara pada ban tidak sesuai, maka saat mobil digunakan membuat kerja dinding ban atau side wall lebih berat.
Apalagi konteksnya di kecepatan tinggi dan di jalan tol.
Faktor kedua karena ban yang sudah aus.
Akibat kurangnya perhatian terhadp kondisi ban, kadang pemilik mobil luput memperhatikan kondisi permukaan ban yang mungkin saja sudah tak lagi layak pakai.
"Cek udara saja tidak apalagi lihat kondisinya, faktor kedua karena bisa juga perawatan yang salah seperti menggunakan semir ban yang kita tidak tahu bahanya apa saja. Sementara paling akhir ini kondisi yang sebenarnya banyak dilakukan tapi kurang disadari, yakni menyiksa ban," kata Sony.
Menyiksa ban yang dimaksud adalah sering berkendara pada kecepatan tinggi, melakukan manuver kasar, serta melakukan pengereman mendadak.
Hal-hal tersebut tanpa disadari membuat kerja ban jauh lebih berat.
Secara terpisah, On Vehicle Test PT Gajah Tunggal Tbk Zulpata Zainal, menjelaskan bila pada dasarnya ban itu dibuat dengan kokoh dan kuat.
Dalam artian tidak mudah pecah. Bahkan beberapa pabrikan ban melakukan uji coba sampai melebihi ketentuan standar yang ditetapkan oleh SNI.
Hal ini lantaran ban sangat krusial dengan faktor safety.
Baca Juga: Gara-Gara Kecelakaan Motor di Depan Mata, Sifat Asli Boy William Terungkap, Buat Afgan Tutup Wajah!
"Kalau kami melakukan pengujian itu biasanya dua sampai tiga tingkatan di atas SNI. Ban itu sebenarnya susah sekali pecah, kita di pabrikan melakukan pengujian sampai berhari baru ban pecah. Jadi ban di tes sesuai bobot dan ukurannya melalui beberapa rangkaian, kita diamkan terus-menerus sampai berhari-hari untuk melihat daya tahannya," kata Zulpata.
Terkait masalah pecahnya ban belakang dari kecelakaan pagi tadi, Zulpata menduga hal tersebut karena adanya faktor masalah perawatan dari ban. Salah satunya soal tekanan udara.
"Kita sudah pernah bahas, udara itu salah satu musuhnya ban, kalau sampai kurang fatal akibatnya. Selain itu bisa juga karena efek akumulasi kerusakan di ban, seperti adanya batu kerikil yang menempel di alur ban, atau pemakaian ban yang tidak sesaui pabrikan," ujar Zulpata.
"Tidak sesuai pabrikan biasanya terjadi bila roda mobil sudah dimodifikasi, mungkin dengan mengganti dimensi pelek, jadi ban diganti tapi tanpa memikirkan load indeks atau beban yang diwajibkan pada mobil tersebut," kata dia. (*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Kecelakaan Tol Jagorawi, Pelajaran dari Fatalnya Pecah Ban Mobil