"Sampai akhirnya mata saya kunang-kunang dan tidak bisa melihat jalan dengan jelas.
Saya tetap berusaha mengemudi pelan-pelan, sampai akhirnya tiba di klinik terdekat," kata Vierko.
Ketika sampai di klinik, fisiknya terasa semakin drop dan mendapatkan penjelasan yang mengejutkannya dari dokter, pada waktu itu.
"Ketika sampai di klinik baru terasa kaki dan tangan itu lemas, ternyata dokter bilang terkena gejala serangan jantung," ungkap Vierko.
Kondisi Vierko pada saat itu, menurut Dr Sisca Natalia Siagian Sp JP, sudah tergolong gejala ST segment elevation myocardial infarction (STEMI), jenis serangan jantung yang paling serius.
Jadi ada gangguan pada suplai darah yang disebabkan oleh penyumbatan total arteri koroner, yang dapat menyebabkan meluasnya kerusakan pada area jantung.
Dr Sisca menjelaskan, penderita serangan jantung sebenarnya masih bisa ditolong jika jarak waktu serangan dan tindakan tidak terlalu lama.
Serangan jantung akut STEMI memiliki golden period 12 jam dari serangan pertama, sehingga lewat dari waktu itu pasien tidak akan bisa tertolong.
"Ketika pasien mulai merasakan gejala seperti nyeri dada dengan sensasi seperti ditusuk atau tertimpa beban dengan durasi kurang lebih 20 menit maka sebaiknya segera dibawa ke rumah sakit terdekat untuk dilakukan tindakan trombolisis atau revaskrularisasi dan diberikan obat pengencer darah," ujar Sisca.Artikel ini sudah tayang di Kompas.com, judul : Pengalaman Selamat dari Serangan Jantung Ketika Mengemudi